Bersabarlah, M eski Tak M udah
Saturday, April 27, 2019
2 Comments
Bersabarlah, M eski Tak M udah
M ei, tahun ketiga
"Semangat dan cepat pulang" katamu hangat. Kuulang-ulang pesan tersebut sebagai penanda bahwa aku tak sendirian di tempat yang asing ini. Sementara itu, tanganku terus mencipta, menjajakan karya idealis di pelataran materialisme. Atas nama "cita-cita", tak juga kutinggalkan hal yang paling kusuka. Mereka bertanya untuk apa bertahan menjadi pemimpi, sementara kenyataan menawarkan harta yang lebih melimpah? Aku tertawa pedih. Mereka menanyakan seolah hanya untuk kekayaan kita diciptakan. Apakah akal mereka hanya sebatas itu?
"Akal" adalah apa yang membuat kita, manusia, berbeda dengan kreasi-Nya yang lain. Dengan akal, kita mampu menganalogikan banyak hal. Kita mampu mencipta, mampu berbudaya, mampu berkesenian, dan mampu berbahasa. Dengan akal juga, kita mampu menguasai. Kita mampu menipu, mampu menindas, dan mampu menghancurkan. Kita terlalu sibuk menimbun harta dan terperangkap dalam penjara beton, sampai lupa untuk mendekatkan diri pada alam raya dan cita-cita. Kita lupa bahwa manusia yang terkaya bukanlah mereka yang mempunyai banyak harta, tapi yang mampu berbuat kebaikan dengan hartanya. Kita lupa untuk memberi arti pada setiap embusan napas yang kita terima.
Aku percaya, Tuhan yang menciptakan akal adalah Tuhan yang sama yang menciptakan hati. Sayangnya, kita terlalu sering mengabaikan hati kita sendiri. Kita terlalu sering mengalahkannya dengan rasio-rasio. Kita senang tinggal dalam zona nyaman hingga tidak mau menjelajah ruang-ruang asing di luar garis batas.
Mungkin kita lupa akan debaran ketika baru merasakan apa-apa untuk pertama kalinya semasa kecil. Asing, berat, menantang, namun dalam setiap jejak yang ditinggalkan, tersisa sebuah kebanggaan. Karena itulah aku bertahan pada mimpi-mimpi yang mengalir dalam urat nadiku.
Aku tahu tidak mudah bagimu untuk menyamakan langkah. Kau tidak hanya menjelma sumber inspirasi, tapi juga merangkap pasangan mengagumkan. Kau harus sabar menghadapi mood-ku yang naik-turun. Kau harus kuat dicibir keluargamu sendiri yang tidak paham alasanku. Kau harus rela didiamkan berlama-lama saat aku mencari inspirasi. Kau harus turut menahan godaan membeli barang mewah ketika karyaku teronggok di sudut ruangan karena tidak menemukan peminat. Kau harus mampu memeluk erat ketika aku rapuh dan merasa gagal berkarya. Tanpamu, aku takkan pernah mengerti apa artinya turun ke bumi dan kembali waras.
Bertahanlah sebentar lagi. Aku janji, keadaan akan lebih baik.
-Jika saatnya tiba,
sedih akan menjadi tawa,
perih akan menjadi cerita,
kenangan akan menjadi guru,
rindu akan menjadi temu,
kau dan aku akan menjadi kita
Dari buku "Garis Waktu" halaman 113.
Wawww�� terimakasih sudah menulis ini,saya sangat senang membaca tulisan anda,semangat dan terus berkarya!����
ReplyDeleteThankyou brader, btw ini cuma kutipan dari buku Garis Waktu, karya Fiersa Besari.
Delete